28 Desember 2008

Bakrie Telecom Menangkan Operator Penyelenggara SLJJ

Menteri Komunikasi dan Informasi Indonesia telah menetapkan PT Bakrie Telecom sebagai pemenang seleksi penyelenggara layanan sambungan telepon jarak jauh (SLJJ) menggunakan jaringan tetap pada tanggal 16 Desember 2008 lalu. Kompetitor Bakrie dalam seleksi ini adalah Mobile-8, operator CDMA. Tetapi Mobile-8 tidak serius dalam mengejar kemenangan karena terbukti mereka tidak menyetorkan jaminan penawaran. Tinggallah Bakrie yang berkompetisi dengan dirinya sendiri dengan kelengkapan dokumen tender dan mereka ternyata lulus.

Sebagai pemenang, Bakrietel harus menyerahkan jaminan pelaksanaan ( performance bond ) selambatnya pada tanggal 9 Januari 2009. Jika mereka gagal melakukan itu, jaminan penawaran mereka akan dicairkan oleh komite seleksi. Hal ini tidak serta merta menghilangkan kewajiban Bakrietel untuk menyerahkan jaminan pelaksanaan. Izin prinsip rencannya dikeluarkan pada tanggal 23 January 2009.

Tahun lalu, Bakrietel juga memenangkan lisensi untuk penyelenggaraan sambungan telepon internasional. Ini tentunya melengkapi lisensi nasional fixed wireless access dengan mobilitas terbatas menggunakan CDMA dengan produk Esia. Selamat untuk Bakrietel. Bakrie sekarang punya banyak perangkat untuk maju.

10 Desember 2008

Malaysia Lebih Maju Dalam Sejumlah Regulasi Telekomunikasi

Malaysia adalah negara tetangga kita. Malaysia mempunyai dua wilayah yang terpisah cukup jauh, Semenanjung dan Kalimantan Utara. Dalam beberapa aspek regulasi Telekomunikasi, Malaysia lebih maju dari Indonesia. Mari kita perhatikan 3 hal berikut ini: 3G, WiMAX dan Number Portability.

3G:

Malaysia menggelar tender 3G sejak tahun 2002 lalu, jauh lebih dulu dari pada Indonesia yang melaksanakan hal serupa pada awal 2006 lalu. Tender di Malaysia waktu itu hanya menghasilkan dua pemenang yakni : Telekom Malaysia dan UMTS Sdn Bhd. Dan saat ini kedua operator ini sudah beroperasi dengan baik. Nopember 2006 lalu, dua 3G operator baru muncul yakni: TIME dotcom Sdn Bhd dan MiTV.

WiMAX

Malaysia menggelar tender untuk WiMAX pada tahun 2007 lalu. Pemenang tender yang dirilis pada awal Maret 2007 itu adalah Green Packet, REDtone International, YTL E-Solutions dan Asiaspace Dotcom. Ke semua pemenang ini adalah perusahaan kecil yang sedang berkembang.

Para pemenang akan menginvestasikan sekitara $86 juta dalam tiga tahun pertama untuk menggelar layanan. Tidak ada biaya lisensi yang diminta.

Sementara Indonesia baru akan mengeluarkan lisensi untuk BWA dengan teknologi utama yang akan dipakai adalah WiMAX pada awal 2009 mendatang. Berbeda dengan tender 3G yang mengeluarkan lisensi nationwide, BWA akan menganut regional licenses. Indonesia akan dibagi menjadi 14 region dan peserta dimungkinkan untuk menawar di satu region saja.

Number Portability

Number Portability adalah kemampuan untuk mempertahankan nomor telepon kendatipun kita berpindah penyedia layanan. Misalkan karena kualitas layanan yang buruk, anda memilih berpindah ke operator lain tetapi tetap membawa nomor telepon anda yang lama. Dengan cara ini maka semua teman dan kerabat anda tidak kehilangan kontak dengan anda.

Malaysia telah merampungkan implemntasi MNP (mobile number potability) pada oktober tahun ini. Program yang dicanangkan oleh Menteri Komunikasi Malaysia pada akhir 2005 lalu kini sudah menjadi kenyataan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sampai sejauh ini belum ada tanda-tanda akan ditabuhnya gong untuk pencanangan implementasi number portability. Menurut road map yang dibuat oleh tim dari BRTI tahun lalu, pencanangan number portability baru akan dilakukan pada tahun 2011 mendatang. Artinya, implementasinya baru akan selesai pada tahun 2013 mendatang. Masih lama memang.

Barangkali luas negara yang kecil dengan penduduk yang tidak seberapa lebih memudahkan regulator telekomunikasi di negeri jiran untuk membuat keputusan-keputusan yang maju.

04 Desember 2008

Akankah WiMAX mengungguli GSM, 3G dan CDMA di Pasar Indonesia?

Kalo menurut jadual yang ada di draft white paper tentang BWA sih, dokumen lelang untuk BWA sudah dikeluarkan oleh Ditjen Postel sejak seminggu yang lalu. Namun sampai sekarang beritanya belum ada. Jadi emang kemungkinan besar tender BWA sedikit tertunda seperti postingan sebelumnya. Namun kali ini saya lebih menyoroti peluang WiMAX salah satu teknologi yang akan menjadi pilihan utama dalam implementasi broad band wireless access di Indonesia.

WiMAX adalah salah satu teknologi nirkabel berpita lebar yang didukung secara hebat oleh industri telekomunikasi dan komputer, murah dan mempunyai standardisasi yang jelas. Dibuat untuk menyalurkan layanan tetap dan bergerak seperti VoIP, informasi dan video dengan biaya yang sangat murah. Sistem WiMAX mampu menjangkau area geografis yang luas samapi sejauh 50 km, dan menyediakan lebar pita yang besar ke end-user sampai dengan 72 Mbps (diambil dari WiMAX forum).

WiMAX sering diberikan bermacam atribut seperti: -Mudah diinstall (penyebab utamanya adalah tidak adanya kewajiban LOS, line of sight. WiMAX bisa dengan NLOS) -Fleksible: bisa point to multi point last mile connection atau sebagai backhaul bagi PSTN -Worldwide standard -Murah -Banyaknya pilihan spektrum frekuensi yang bisa dipakai dan lain sebagainya.

Dengan begitu banyaknya keuntungan dari WiMAX seperti dituliskan diatas, apakah ini berarti bahwa WiMAX akan mengungguli teknologi telekomunikasi lain yang sudah ada di Indonesia? Yang dimaksudkan di sini tentunya dalam sisi bisnis.

Mari lihat kembali 3 tahun ke belakang. Pada akhir 2005, Ditjen Postel telah memberikan informasi ke publik tentang akan dikeluarkannya lisensi 3G. Banyak orang yang punya eforia bahwa dengan 3G mereka akan punya gaya hidup yang lebih baik dengan melakukan video call, akses internet kecepatan tinggi, video ring back tone dan lain sebagainya dan dengan cara lambat namun pasti mereka segera meninggalkan teknologi saat itu, 2G dan 2.5G.

Pada akhir Januari 2006, lisensi 3G dikeluarkan dengan para pemenang adalah 3 besar operator GSM yakni Telkomsel, Indosat dan XL. Sementara dua operator lain yang sudah lebih dulu mendapatkan lisensi HCPT dan Axis. Sudah hampir 3 tahun berlalu, kemajuan 3G tidaklah sehebat yang diperkirakan sebelumnya. Sejauh ini industri telekomunikasi nasional masih mengandalkan pendapatannya dari layanan suara dan pesan singkat yang sebetulnya bisa diberikan oleh teknologi 2G dan 2.5G.

Saya percaya bahwa hal yang sama akan terjadi dengan WiMAX. Aplikasi utama dalam beberapa tahun ini masih akan tetap layanan suara kendati misalnya layanan data (internet) tumbuh cukup pesat. Karena jaringan telekomunikasi sudah cukup mapan di kota-kota besar yang dapat menyediakan kedua layanan tadi (suara dan data), maka saya pikir WiMAX akan sukses di rural yang fasilitas telekomunikasinya masih sangat terbatas. Jadi pilihan WiMAX untuk Universal Service Obligation di Indonesia harus diacungi jempol.

Jadi kami berpendapat bahwa WiMAX tidak akan mengungguli teknologi telekomunikasi lain yang ada saat ini di Indonesia dalam sisi bisnis. Ia mungkin jadi pilihan utama di daerah rural.

01 Desember 2008

Tender BWA: Kemungkinan Tertunda

Seperti dituliskan dalam postingan sebelumnya, Regulator Telekomunikasi Indonesia dalam draft white paper tentang BWA merencanakan merilis lisensi BWA sebelum akhir tahun 2008 ini. Namun kemungkinan besar rencana ini akan tertunda. Hal ini dapat dilihat dari tahapan proses pertama yakni pengambilan dokumen tender yang seharusnya sudah dilakukan pada minggu ke empat bulan Nopember lalu sampai saat ini belum juga diumumkan.

Andaikan saja minggu ini dokumen ini dikeluarkan dan prosesnya berjalan lancar, maka paling cepat tender baru akan dimulai pada awal Januari 2009 mendatang. Tapi seperti diketahui, akhir tahun adalah masa-masa sibuk yang disertai dengan banyaknya hari libur seperti saat ini, Idhul Adha, Natal dan Tahun baru. Akibatnya masa kerja efektif jauh berkurang. Mengingat itu semua, tender BWA paling cepat baru akan terealisasi pada bulan Pebruari 2009 mendatang. Jika ini terjadi maka waktunya persis tiga tahun setelah tender 3G yang dilaksanakan pada awal 2006 lalu.

Regulator Telekomunikasi Indonesia dengan sangat elegan menempuh cara tender untuk setiap lisensi yang sangat diminati. Kami sangat mendukung semua langkah-langkah yang fair dan transparan. Selamat!

26 November 2008

Perang Iklan Operator Seluler

Persaingan di dunia telekomunikasi makin hebat saja. Coba perhatikan gambar iklan dibawah ini. Seperti terlihat, persaingan cukup tinggi sampai ada klaim pembakaran umbul-umbul Telkomsel di Sidikalang Sumatera Utara oleh pihak XL. Namun syukurlah hal ini sudah diklarifikasi dan kedua operator sepakat berdamai dengan prakarsa BRTI. Dari informasi yang didapat yang diambil dari detik.com, kasus yang terjadi seperti di Sidikalang ini bukanlah kasus pertama. Namun semua kasus yang terjadi sejauh ini di lapangan masih bisa diselesaikan di tempat, tidak sampai mencuat ke permukaan. Kasus Sidikalang lah yang baru terdengar sampai jauh......... Sebagai pengguna layanan telekomunikasi nasional, kami hanya berharap bahwa berkompetisilah dengan cara yang elegan tanpa harus merusak baik secara fisik maupun secara image atas produk pihak lain. Konsumen akan tetap memilih berdasarkan layanan terbaik yang diberikan oleh para penyedia layanan. Bravo Fair Competition!!!

04 November 2008

Dijual: Operator CDMA

Menurut data dari Bursa Efek Indonesia, pada tanggal 19 September dan 22 September 2008, PT Global Mediacom Tbk yang dimiliki oleh Hary Tanoesoedibjo telah melepas 22,79% saham PT Mobile-8 Telecom Tbk. Saat ini, saham perusahaan yang dimilikinya tinggal 28.21% dari sebelumnya 66,8%. Seperti diketahui Mobile-8 adalah salah satu operator CDMA di Indonesia.

Semenatra itu, sebulan yang lalu harian Bisnis Indonesia melaporkan bahwa tiga investors dari Timur Tengah menyatakan ketertarikannya kepada saham Bakrie Telecom termasuk di dalamnya QTel, yang belum lama ini membeli 40.8% saham di operator seluler terbesar kedua di Indonesia, PT Indosat.

Tambahan lagi, baik Telkom Flexi maupun Startone Indosat telah menurunkan ekspansinya.

Lho, apa sih yang sebernarnya terjadi?

Ada tiga kemungkinan penyebabnya yakni msalah keuangan internal perusahaan, efek buruk dari perang tarif atau masalah fleksibilitas teknis.

Dalam kasus Bakrie, beberapa waktu lalu pimpinan Bakrie Group mengatakan bahwa mereka akan menjual aset sejumlah anak perusahaan mereka termasuk di dalamnya Bakrie Telecom untuk mengumpulkan uang guna membayar hutang mereka sejumlah US$1.2 milliar yang akan jatuh tempo pada April 2009 nanti. Jadi kondisi keuang internal telah mengarahkannya mengambil langkah tersebut.

Bagaimana dengan kasus lainnya?

Apakah perang tarif telah memakan korban ataukah krisis ekonomi telah mempengaruhi bisnis ini?

Mobile-8 telah mengumumkan akan keluar dari perang tarif. Sebagai gantinya mereka akan menggantinya dengan memberikan value added services. Bagaimana dengan operator lain? Kita masih harus menunggu.

Semua orang di Indonesia tahu bahwa tarif berkomunikasi dengan handphone kini sangat murah. Makanya kualitas jaringan akan memegang peran yang sangat penting. Jika kualitas jaringan mereka jeblok, para pelanggan akan berpindah ke operator lain.

Kelihatannya hanya operator CDMA yang berdarah-darah. Operator GSM seperti Telkomsel, Indosat atau XL dan juga operator baru seperti Axis dan Three masih melakukan ekspansi jaringan. Mereka malah terus membangun.

Satu hal penting harus diingat bahwa tarif murah telah menggerus pendapatan operator.

Atau adakah keterbatasan spektrum frekuensi telah mengurangi fleksibilitas mereka. Seperti sebelumnya sudah ditulis pada Kompetisi CDMA dan GSM di Indonesia , semua operator CDMA mempunyai spektrum yang sangat terbatas (kurang lebih 5MHz bandwidth), sehingga mereka punya flesibilitas yang terbatas pula dalam membuat perancangan jaringan mereka yang berimbas akan tingginya biaya untuk ekspansi jaringan. Problem semacam ini tidak ditemukan pada operator GSM karena mereka sedikitnya mempunyai lebar pita 10MHz.

Jadi, apa dong alasan dibalik situasi ini? Sejauh ini kita tidak mengerti. Solusinya? Kami percaya bahwa pemindahtangan kepemilikan belum tentu menjadi solusi. Merger diantara operator CDMA perlu dipertimbangankan.

31 Oktober 2008

Anomali Pentarifan Seluler

Menurut data dari Ditjen Postel (diluncurkan pada 9 Oktober 2008), jumlah pelanggan telekomunikasi Indonesia lebih dari 134 juta pelanggan yang terdiri atas 8,7 juta pelanggan jaringan tetap (kabel), 12,7juta pelanggan FWA (Telkom flexi, starone, esia, dan hepi) dan 113 juta pelanggan seluler. Seperti negara berkembang lainnya, komposisi prabayar dan pasca bayar dari pelanggan seluler dan FWA di Indonesia juga timpang, 96% (lebih dari 121m) adalah pelanggan prabayar dengan hanya kurang dari 4% adalah pasca bayar. Hal ini sangat berbeda dengan negara maju di mana komposisi ini terbalik, yaitu jumlah pelanggan pasca bayar jauh melampaui jumlah pelanggan prabayar. Alasan klasik mereka adalah mereka tidak ingin membayar segala sesuatu yang belum mereka gunakan. Ngomong-ngomong, apakah Anda pernah membandingkan skema pentarifan untuk kedua jenis pembayaran (prabayar dan pasca bayar) telekomunikasi selular di Indonesia? Mari kita ambil Telkomsel sebagai contoh. Jika kita melihat kepada harga dasar maka tarif paska bayar lebih rendah dari tarif prabayar (Rp 600/min Halo, Simpati Rp 1500/min & Kartu As Rp 900/min) untuk on-net lokal, off-net (Halo Rp750 / min, Simpati Rp 1600/min; Kartu As Rp 900/min). Hanya tarif SMS lebih tinggi dari prabayar (Halo Rp 150, 125 Rp Simpati, Kartu As Rp 88). Namun, jika kita menyelidiki tarif promo, maka tarif prabayar jauh lebih rendah dari tarif paska bayar. Tarif untuk prabayar hanya Rp 0.5/second atau Rp 30/min, jauh di bawah tarif untuk pasca bayar Rp 600/min). Hal yang serupa akan ditemukan pada operator selular lainnya seperti Indosat, dan XL. XL misalnya hanya meminta pelanggan prabayar untuk membayar Rp 1.000 untuk 60 menit, sementara pelanggan paskabayar harus membayar Rp 9/detik atau Rp 540/menit. Indosat menempatkan Rp 15/detik ke semua operator untuk pasca bayar dan Rp 1000/hari untuk pelanggan prabayar. Saya rasa, skema tarif ini adalah sebuah anomali jika kita menghitung biaya sistem prabayar. Panggilan prabayar memerlukan lebih banyak sumber daya. Misalnya, sebelum terhubung, sistem akan melakukan penegecekan jumlah dana pemakai, apakah itu masih memiliki cukup dana/pulsa untuk membuat panggilan. Pemeriksaan ini berlangsung terus-menerus selama melakukan percakapan. Setelah panggilan selesai, sistem akan melaporkan biaya dari panggilan untuk mengurangi kredit. Jadi perlu sebuah sistem yang realtime. Persyaratan ini berbeda dengan sistem pasca bayar. Semua pemeriksaan dapat ditunda sampai akhir bulan saat mengirimkan tagihan. Dalam pandangan keamanan, pengguna paskabayar memiliki identitas yang jelas karena ada validasi pada awal pendaftaran. Sementara pengguna prabayar yang mendaftar online dapat memasukkan data yang tidak valid. Jadi, mengapa operator tidak menawarkan insentif yang bagus untuk pasca bayar? Shall we jump to conclusion that operators are more beneficial by getting money earlier before their network is used? Akan kah kita melompat ke kesimpulan bahwa operator lebih diuntungkan dengan mendapatkan uang lebih dulu sebelum jaringan mereka digunakan? Dan jumlah ini yang lebih besar dari biaya membangun sistem prabayar?

21 Oktober 2008

Licensi BWA Indonesia segera dikeluarkan

Otoritas telekomunikasi Indonesia segera mengeluarkan lisensi untuk akses nirkabel pita lebar BWA (broadband wireless access) pada akhir tahun 2008 ini. Menurut informasi yang ada dalam draft white paper tentang BWA terbaru, pada minggu ke-3 Nopember ini akan diumumkan akan adanya lelang/seleksi penyelenggara BWA dan diikuti dengan prosesnya sendiri yang baru akan berakhir di penghujung tahun 2008 ini. Spektrum frekuensi yang akan dilelanga adalah di 2.3GHz dan 3.3GHz. Pada 2.3GHz, tahap peratama hanya dilelang 15 MHz yaitu 2375 – 2390 MHz. Sementara untuk 3.3GHz, ada 100 MHz yang akan dibagi menjadi 8 blok masing-masing 12.5 MHz. Sayangnya, untuk 3.3GHz lokasi paling diminati (Area Jabodebatek) sudah diduduki sehingga tidak termasuk region yang dilelang. Pihak-pihak yang bisa berpartisipasi adalah para penyelenggara/penyedia jaringan dan jasa baik yang lama maupun muka-muka baru. Kedua spektrum frekuensi ini hanya diizinkan untuk nomadic BWA. Lisensi ini berdasarkan regional, dan Indonesia telah dibagi menjadi 14 region. Jiwa dari lisensi ini adalah penggunaan produksi dalam negeri. Makanya regulator mensyaratkan bahwa minimum 30% CAPEX dan 50% OPEX harus dibelanjakan di dalam negeri. Jadi, bersiap-siaplah!!!. Untuk informasi lebih lengkap, silakan baca draft white paper BWA terbaru.

11 Oktober 2008

Data Pelanggan Telekomunikasi di Indonesia

Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi pada hari Kamis 9 Oktober lalu merilis data pelanggan telekomunikasi nasional. Data ini mencakup baik pelangan fixed, FWA maupun Seluler sejak tahun 2004 lalu sampai dengan pertengahan Juni 2008. Berikut adalah data tersebut.

Operator Fixed2004200520062007June 2008
PT Telkom8,559,3508,686,1318,709,2118,685,0008,654,000
PT Bakrie Telecom (Ratelindo)120,990114,08268,359--
PT. Indosat (I-Phone)20,00021,72426,63230,47930,479
PT. Batam Bintan Telekomunikasi (BBT)2,8782,5302,5002,3932,393
Fixed Wireless Access
Telkom Flexi
prabayar1,429,3683,240,5003,381,4265,535,0006,630,000
paskabayar821,300794,427828,000763,000
Indosat Starone
prabayar40,854229,726338,435594,203750,628
paskabayar11,89819,70820,54533,73144,805
Bakrie Esia
prabayar176,453351,8261,414,9203,695,8174,372,094
paskabayar 14,50820,30364,278124,884119,009
Mobile-8 Hepi
prabayar
paskabayar
Operator Seluler
Telkomsel
prabayar14,963,00022,798,00033,935,00045,977,00050,549,000
paskabayar 1,328,0001,471,0001,662,0001,913,0001,894,000
Indosat
prabayar9,214,66313,836,04615,878,87023,945,43131,613,922
paskabayar539,944676,407825,859599,991773,514
Excelcomindo (XL)
prabayar 3,743,0006,802,3259,141,33114,988,0002,423,000
paskabayar48,000176,194 386,639481,000475,000
Mobile-8 Fren
prabayar5000001,150,0001,778,200 2,920,2132,920,213
paskabayar 50,00047,68892,58892,588
Sampoerna Ceria
prabayar10,609133,746310,176 310,176
paskabayar 967288288
NTS - Axis
prabayar 10,1554,7884,788
paskabayar2,560
HCPT - Three
prabayar2,036,2022,036,202
paskabayar3,204 3,204
Smart Telecom
prabayar115,000115,000
paskabayar
Sumber: DG Postel Jumlah total pelanggan (Fixed, FWA dan Seluler) adalah: 2004: 40,712,988 2005: 60,499,948 2006: 78,623,748 2007: 112,916,388 Juni 2008: 134,577,303 Beberapa catatan: beberapa operator belum memperbaharui datanya seperti: Fren, Ceria, Axis dan Three.

06 Oktober 2008

Trafik Telekomunikasi di Sekitar Idul Fitri 1429H

Seperti biasanya, masa-masa sekitar Idul Fitri adalah masa-masa kritis bagi semua operator telekomunikasi karena lonjakan yang teramat tinggi baik untuk komunikasi suara maupun untuk layanan pesan singkat (SMS). Bagi operator yang dapat menangani semua trafik ini maka mereka akan mendapat keuntungan yang besar sementara bagi yang gagal, mereka akan kehilangan pendapatan yang banyak.

Berikut adalah data-data trafik pada masa-masa sekitar idul fitri 1429H.

PT Excelcomindo Pratama (XL) menyampaikan bahwa trafik tertinggi terjadi pada H-1 (30 Sept) dimana trafiknya meningkat lebih dari 149% di atas dari data H-1 tahun lalu. Trafik suara pada H-1 adalah 143% di atas data tahun lalu (850 juta panggilan dibanding 350 juta panggilan pada tahun lalu). Sementara itu trafik SMS hanya sekitar 16% di atas data tahun sebelumnya.

PT Indosat Tbk mengumumkan bahwa panggilan tertinggi terjadi pada H+1 (2 Okt), kira-kira 108% (272 juta detik) bila dibandingkan dengan data pertengahan September lalu. Tetapi, trafik SMS malah turun 0.7% pada periode yang sama.

Sementara itu data dari operator seluler terbesar Indonesia, PT Telkomsel belum ada. Tetapi mereka sudah mewanti-wanti bahwa trafik SMS mereka meningkat 300%-400% jika dibandingkan dengan data-data hari biasa.

Gatot Dewa S Broto, Humas DG Postel memperkirakan bahwa peninkatan panggilan disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, para pelanggan mengalami trauma akan kegagalan pengiriman SMS mereka seperti yang terjadi pada tahun yang lalu. Mereka tentunya tidak mau hal ini terulang lagi. Kedua, biaya percakapan kini jauh lebih murah, karena itu mereka lebih suka berbicara langsung saja.

Hasil Monitoring

Pada tanggal 23 September lalu, Ditjen Postel dan BRTI melakukan pengujian kualitas layanan di sepanjnag arus mudik, baik yang ke arah Jawa maupun yang ke arah Sumatera. Hasilnya semua operator lolos tahp ini dengan beberapa catatan untuk Three (HCPT), Axis (GSM & 3G), Startone dan Hepi (CDMA), kendati tidak semuanya lolos dalam jalur ini, namun masih bisa dimengerti.

Sayangnya informasi hasil test hanya tentang cakupan signal saja (coverage). Informasi lain seperti: dropped call, blocked call dan congestion call tidak diumumkan. Kesuksesan suatu panggilan ditentukan oleh data-data tersebut. Standar Kualitas Layanan dihitung bukan hanya dari cakupan signal saja, tetapi juga dari data-data tersebut. Jadi, untuk mengatakan suatu operator lolos standar kualitas layanan, data dropped call, blocked call dan congestion call haruslah pada suatu nilai minimal tertentu yang logis. Kita berharap regulator sudah mendefinisikan hal ini sehingga kita dapat membamdingkannya dengan data faktual di lapangan.

23 September 2008

Dirjen Lepas Tim Penguji Kualitas Layanan Telekomunikasi

Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar pada hari Rabu tanggal 24 September 2008 jam 08.30 telah melepas secara resmi tim yang akan menguji kualitas layanan telekomunikasi dalam rangka menghadapi trafik yang meningkat sangat tajam pada saat dan sesudah Hari Raya Idul Fitri 1429H. Tim akan terdiri atas pejabat dan staf dari Ditjen Postel dan BRTI serta sejumlah penyelenggara telekomunikasi. Rombongan tim peninjauan lapangan ini akan terbagi dalam tiga kelompok sesuai dengan tujuan peninjauan, yaitu ada tim yang menuju ke Merak (para anggota tim dari Ditjen Postel, BRTI, PT Excelcomindo Pratama dan PT Smart Telecom ), yang ke Cileunyi-Nagrek-Garut (para anggota tim dari Ditjen Postel, BRTI, PT Telkomsel, PT Bakrie Telecom dan PT Huchison CP Telecommunication), dan yang ke Cirebon (para anggota tim dari Ditjen Postel, BRTI, PT Telkom, PT Indosat dan PT Mobile-8). Hal ini untuk menyikapi kondisi beberapa waktu terakhir ini dimana kualitas layanan telekomunikasi cenderung sering fluktuatif dan dalam beberapa waktu tertentu sering kurang memuaskan. Meskipun secara random bebeberapa penyelenggara telekomunikasi telah menunjukkan kepada publik tentang komitmen kesanggupannya untuk memberikan kualitas layanan telekomunikasi yang baik selama Lebaran ini, namun demikian Ditjen Postel dan BRTI tetap memandang penting untuk secara on the spot melakukan pengecekan di lapangan melalui beberapa titik di lokasi tertentu.

Kegiatan ini sebetulnya adalah tindak lanjut dari dikeluarkannya Peraturan Menteri Kominfo yang terkait dengan standar kualitas layanan telekomunikasi yang telah efektif mulai berlaku pada tanggal 21 Juli 2008. Beberapa parameter yang akan dicek dalam peninjauan tersebut meliputi ketersediaan jaringan, endpoint service, ketersediaan layanan (baik on net maupun off net) dan kinerja layanan pesan singkat. Dalam pengukuran ini akan dapat diketahui prosentase kemungkinan terjadinya dropped call dan blocked call. Adapun metode pengecekan adalah menggunakan sistem test call dan drive test. Jika dalam test call, maka pengujian ini dilakukan dengan posisi tidak bergerak dalam wilayah yang dapat diakses publik yang berada di dalam wilayah cakupannya. Dalam test call ini juga termasuk dengan uji coba pengiriman SMS. Sedangkan dalam sistem drive test, maka pengujian dilakukan ketika berkendaraan di jalan utama dan daerah perdagangan serta pemukiman padat penduduk. Di samping itu juga akan dilakukan serangkaian panggilan pengujian baik yang off net maupun on net. Yang paling penting dalam sistem ini adalah, bahwasanya antena perangkat bergerak yang memanggil dan yang menerima harus ditempatkan pada ketinggian yang sama dan di dalam kendaraan yang sama. (Sumber: Postel)

22 September 2008

Proses Seleksi Jartap SLJJ Paling Lambat Akhir 2008

Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi pada 7 September lalu mengumumkan bahwa Seleksi Penyelenggara Jaringan Tetap SLJJ akan dilakukan sebelum 31 Desember 2008. Keputusan Menteri mengenai hal ini telah ditanda tangani pada akhir Agustus lalu.

Ada beberapa perubahan dalam dokumen ini jika dibandingkan dengan dokumen sebelumnya. Salah satu yang terpenting adalah peserta yang boleh berpartisipasi dalam tender ini dituliskan dengan sangat jelas; yaitu operator jaringan tetap lokal dan operator jaringan wireless lokal dengan mobilitas terbatas dengan jumlah pelanggan yang banyak. Dengan keputusan ini maka peserta yang mungkin adalah: Indosat, Bakrietel and Mobile-8. Telkom yang juga memenuhi persyaratan seperti diketahui sudah memiliki lisensi ini. Telkom saat ini adalah satu-satunya provider yang menyediakan jasa sambungan jarak jauh menggunakan fixed line.

Sedangkan untuk proses seleksi penyelenggaraan jaringan tetap lokal dan jaringan tetap sambungan langsung jarak jauh akan dilaksanakan paling lambat pada tanggal 31 Maret 2009.

Dengan adanya tender ini dan implementasinya kelak, pelanggan akan mempunyai banyak pilihan dalam melakukan panggilan lokal dan jarak jauh. Tingkat kompetisi akan semakin tinggi yang akan menghasilkan kualitas yang lebioh baik dengan harga yang lebih murah. Kami selalu mendukung segala kebijakan untuk telekomunikasi Indonesia yang lebih baik.

01 Juli 2008

Menggaet Pelanggan Baru, Mengabaikan Kualitas

Hampir semua operator seluler di Indonesia saat ini mempromosikan tarif murah gila-gilaan kepada para pelanggan baru. Kita bisa melihat iklan mereka di beragam media seperti: Gratis bicara selama 3 bulan (Smart Telecom), Rp 1/panggilan (Axis World), Gratis nelpon dan SMS (XL), Rp 0.5/detik (Telkomsel), Rp 9/detik untuk 1 menit pertama, selebih gratis sampe dower (Mobile-8), Rp 60/panggilan (HCPT), Rp 1/karakter untuk SMS (Bakrie). Pelanggan menjadi bingung memilih operator mana yang cocok untuknya. Tentunya mereka tidak akan mencoba satu per satu. Seperti ditulis pada posting sebelumnya value-communication dan standar-kualitas-layanan, beberapa jaringan penyedia layanan tidak siap menerima begitu banyaknya pelanggan baru. Akibatnya kualitas layanan menurun secara signifikan. Menurut survey yang dilakukan oleh Sharing Vision pada bulan April 2008, tingkat ketidakpuasan pelanggan seluler Indonesia naik cukup tajam baik untuk pelanggan GSM (global system for mobile communication) maupun CDMA (code division multiple access). Hal-hal yang survery menyangkut fitur layanan, respon jaringan dan kejelasan suara. Angka ini berturut-turut adalah 7%, 19% and 16%. Angka ini jauh diatas hasil survey pada Agustus 07, yang berturut-turut hanya 3%, 5% dan 2%. Survey juga mendapati bahwa customer terpengaruh oleh promosi dari masing-masing operator. Mereka merasa bahwa para operator masih menyembunyikan biaya tambahan dari skema tarif mereka. Pada setiap iklan, ada tanda bintang yang menyatakan syarat dan ketentuan berlaku. Ini berarti bahwa kondisi tertentu yang menyebabkan tarif tersebuit berlaku seperti panggilan di sesama jaringan, waktu menelpon, khusus untuk produk tertentu dan lain sebagainya. Jadi, perang tarif telah menghasilkan bukan hanya penurunan kualitas layanan tetapi juga meninggalkan customer yang kecewa. Semua pelanggan akan mengalami kualitas sinyal yang rencah, drop call, call congestion (tidak bisa melakukan panggilan), SMS yang telat atau malah tidak terkirim dan sebagainya. Pada sisi operator, apa sih yang mereka peroleh? Hanya pelanggan baru saja, bukan uang yang banyak. Dengan tarif yang sangat murah, berapa banyak sih uang yang mereka dapatkan dari para pelanggan baru ini? Dalam pandangan kami, perang tarif telah merugikan pelanggan dan operator itu sendiri. Bagaimana tanggapan anda? Kita masih mengunggu pihak regulator yang akan membenahi keruwetan di industri telekomunikasi seluler nasional. Keputusan menteri tentang Kualitas Standar Layanan akan mulai diterapkan sejak 21 Juli 2008. Semenjak itu kita harapkan kita mempunyai layanan telekomunikasi yang lebih baik. Semoga.

Pasar Indonesia menggerakkan penetrasi dengan Handset Super Murah

The CDMA Development Group (CDG) mengumumkna bahwa pada kuartal I 2008, Indonesia telah mempunyai lebih dari 16.3 juta pelanggan CDMA2000. Menurut Perry LaForge, executive director of the CDG, Indonesia telah berkembang menjadi tempat pertunjukan core value dari teknologi CDMA2000. “Dengan kombinasi dinamis antara handset super murah dan layanan value-added broadband, ke 6 operator CDMA telah melambungkan revenuenya dan menggerakan wilayah ini menjadi arena perkembangan telepon bergerak dan internet,” kata LaForge. Saat ini, CDMA 2000 operator Indonesia adalah Telkom Flexi (PT Telkom), StarOne (Indosat), Smart Telecom, Fren (Mobile-8 Telecom), Esia (Bakrie Telecom) dan Ceria (Sampoerna Telekomunikasi Indonesia or STI). Sampai dengan Maret 2008, jumlah pelanggan CDMA2000 dari ke 6 operator CDMA ini telah melebihi 16.3 juta, naik dari 14.4 juta pada akhir 2007 dan 7.8 juta pada akhir 2006, merepresentasikan kenaikan tahunan berturut-turut sebesar 53 persen dan 85 persen, Di sisi lain, Chief Executive Officer of PT Smart Telecom mengatakan bahwa dengan CDMA2000, mereka sangat yakin menyediakan layanan telekomunikasi yang terjangkau oleh semua orang dari semua lapisan masyarakat. Ini membuktikan bahwa CDMA2000 dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan telekomunikasi bagi para pelanggan di negeri ini. (translated from SDA Asia Magazine).

09 Juni 2008

Breaking news: Qtel Beli Saham Indosat 1,8 Miliar Dollar AS

Minggu, 8 Juni 2008 | 01:06 WIB Jakarta, Kompas - Qatar Telecom atau Qtel mengakuisisi 40,8 persen saham Indosat Tbk dari kepemilikan Asia Mobile Holding Pte Ltd. Qtel akan membayar tunai akuisisi itu 2,4 miliar dollar Singapura atau ekuivalen dengan 1,8 miliar dollar AS. Kesepakatan akuisisi yang dicapai Jumat (6/6) itu diungkapkan Qtel bersama Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd sebagai induk perusahaan AMH dalam siaran persnya Sabtu di Jakarta. Dengan kurs Rp 9.350 per dollar AS saat ini, berarti nilai akuisisi tersebut mencapai Rp 16,8 triliun. ST Telemedia ketika memenangi divestasi 41,94 persen saham Pemerintah Indonesia di Indosat pada Desember 2002 membayar Rp 12.950 per saham. Dari penjualan saham itu, Pemerintah Indonesia menerima dana Rp 5,62 triliun waktu itu, (Kompas, 16/12/2002). Qtel merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi dengan pertumbuhan cepat di Timur Tengah, sementara ST Telemedia perusahaan komunikasi dan informasi Singapura yang beroperasi di Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa. Chairman Grup Qtel Sheikh Abdullah Al Thani mengatakan, pihaknya sangat gembira untuk memperkuat kepemilikan strategisnya di Indosat. Transaksi ini menunjukkan komitmen Qtel terhadap Indonesia dan pembangunan infrastruktur yang cepat. ”Dengan transaksi ini, Qtel melayani 44 juta pelanggan di 16 negara. Kami siap bekerja sama manajemen dan karyawan Indosat, dan menghargai kinerja mereka yang sangat baik,” katanya. Nasser Marafih, Chief Executive Officer Qtel, menambahkan, investasi ini bagian dari strategi pertumbuhan Qtel dan memberi peluang untuk meluaskan ekspansinya di Indonesia. ”Kami yakin Indonesia merupakan pasar dengan pertumbuhan tinggi untuk telekomunikasi dan Indosat sangat kompetitif di pasar,” katanya. (*/DIS)

31 Mei 2008

Standar Kualitas Layanan

Seperti ditulis dalam indonesian-cellular-too-many-carriers, saat ini ada begitu banyak operator seluler di Indonesia. Karena itu, perkembangan bisnis telekomunikasi di Indonesia sangat cepat sekali. Telepon bergerak sudah menjadi alat komunikasi utama di negara yang masih berkembang ini. Setelah itu, perang tarif terjadi di antara operator dan akibatnya permintaan akan komunikasi bergerak naik tajam sekali Pengaruh perang tarif ini bukan hanya menimpa pengguna baru, tetapi juga pada pengguna lama. Karena jumlah pengguna naik tajam, jaringan beberapa operator belum siap menampung semua trafik. Pelanggan menerima pengalaman buruk seperti panggilan yang tidak sukses, panggilan terputus, call congestion dan lain sebagainya. Jadi, kemajuan bisnis telekomunikasi di Indonesia telah mengorbankan banyak standar kualitas layanan. Untuk mengatasi situasi ini, kementrian informasi dan komunikasi Indonesia (infokom) dalam waktu dekat akan mengeluarkan beberapa regulasi tentang standar minimum untuk kualitas layanan. Keputusan menteri Infokom tentang standar kualitas layanan ini mencakup beberapa permen di antaranya: standar kualitas untuk: telepon tetap, telekomunikasi bergerak, dan lain sebagainya. Regulasi ini sebetulnya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sejak setahun yang lalu dan juga pernah dilakukan konsultasi publik. QoS pada industri telekomunikasi diukur dari perspektif seorang ahli, misalnya insinyur teletrafik, yang biasanya bekerja pada suatu opertor telekomunikasi itu sendiri. Akankah mereka akan memberikan informasi yang jujur? Saya percaya bahwa direktorat Pos dan Telekomunikasi (Postel) akan membentuk gugus tugas untuk melakukan pengukuran kualitas secara ad-hoc. Dan dapat dipastikan bahwa hasil pengukuran dari kedua belah pihak ini (Postel dan Operator) akan berbeda. Adakah solusi untuk permasalahan ini? Ya, tentu. Kita harus menemukan suatu tool yang terpasang di setiap handset dan melaporkan kondisinya ke server. Ini seperti alat drive test, cuman massal. Tentunya cara pengukuran ini lebih adil dan tidak ada alasan bagi operator untuk mengelak.

15 Mei 2008

Jenis Lisensi CDMA di Indonesia

Hai, bagi yang cukup telaten memonitor bisnis seluler di Indonesia akan merasa aneh dengan hadirnya Hepi, layanan fixed wireless akses dari Mobile-8. Sebagaimana anda ketahui, Mobile-8 telah meluncurkan Fren sejak beberapa tahun lalu. Kenapa ya perusahaan ini kembali meminta lisensi jenis lain, FWA? Sebetulnya, memang ada 2 jenis lisensi CDMA di Indonesia. Pertama adalah mobile CDMA atau Cellular CDMA dan yang kedua adalah Fixed Wireless Access CDMA. Yang terakhir ini lebih dikenal sebagai limited mobility (LIMO)atau monilitas terbatas. Ada beberapa perbedaan diantara dua lisensi ini. Dalam hal layanan, pelanggan cellular CDMA dapat dilayani di seantero negeri, sementara pelanggan FWA hanya untuk satu kode area saja. Anda bisa melihatnya dari nomor telepon pelanggan. Pelanggan mobile CDMA mempunyai angka depan 0 di nomor teleponnya, sementara pelanggan telepon FWA adalah seperti nomor telepon rumah. Dengan demikian, setiap pemanggil akan menekan angka 0 jika dia ingin menelpon pelanggan cellular CDMA. Misalnya 089xxxxxxx, 08811xxxxxx. Sementara jika seseorang dari pelanggan fixed bisa mendial langsung nomor telepon FWA tujuan tanpa ada angka 0 nya. Apakah pengaruh dari penomoran seperti ini? Pada cellular CDMA, anda bisa pergi kemana saja di seantero negeri dan anda dapat dihubungi melalui nomor cellular CDMA anda selama operator anda mempunyai coverage di daerah tersebut. Di sisi lain, pelanggan FWA tidak menerima fasilitas tersebut. Dia harus mengganti nomor teleponnya jika dia berpindah ke kode area yang berbeda. Dan perlu diingat nomor ini akan selalu berganti-ganti jika dia berpindah-pindah kode area, yang akan kembali sama jika dia pulang ke kota asalnya. Hal ini tentunya sangat tidak nyaman bagi seorang pelanggan. Tetapi perbedaan utama dari sisi bisnis adalah biaya hak penggunaan (BHP) spektrum frekuensi. Inilah sebetulnya yang menyebabkan operator seluler CDMA meminta lisensi FWA ke regulator. BHP untuk seluler CDMA adalah 6 kali BHP untuk FWA. Karena itu, tarif FWA bisa jauh lebih murah. Jadi, anda pilih yang mana? Apakah Cellular CDMA dengan kemudahan melakukan panggilan di seluruh negeri tetapi tarif yang lebih mahal ataukah fixed wireless access CDMA dengan penomoran yang sangat rumit jika bepergian namun dengan harga tarif yang jauh lebih murah? Saya percaya bahwa pelanggan akan selalu memilih operator terbaik yang dapat memberikan layanan yang mantap tanpa memandang apakah seluler atau FWA.

06 Mei 2008

Nomor Telepon Gengam: Identitas Baru Yang Penting

Pada masa dahulu kala, kita hanya punya alamat rumah sebagai identitas kita. Seseorang yang ingin mengirimkan informasi atau surat ke kita akan mengirimkannya ke alamat rumah kita. Setelah itu ada setiap penduduk diberi kartu identitas, seperti kartu tanda penduduk dan setiap orang dibedakan dari nomor kartu penduduk tersebut. Ketika jaringan telepon masuk ke rumah kita, identitas baru muncul, nomor telepon rumah. Kita jadinya punya banyak identitas. Pada era teknologi informasi, identitas baru diperkenalkan, yakni alamat email (electronic mail). Seseorang yang mau berkirim kabar kepada kita tinggal mengirimkannya melalui kotak surat elektronis tersebut. Proses pengirimannya langsung dan bisa diterima segera. Jarak akhirnya menjadi kabur. Pada era mobilitas, telepon genggam mempunyai peranan yang penting. Hampir semua orang-orang penting mempunyai telepon genggam tersebut. Mereka menggunakan perangkat tersebut untuk menghubungi dan dihubungi orang lain. Sejak saat itu, setiap orang penting ini akan dikenal dengan nomor telepon genggamnya. No telepon genggam (bergerak) ini menjadi nomor yang sangat berharga sehingga tidak ada orang-orang hebat yang ingin menggantinya. Ada banyak kerugian bila seseorang mengganti nomor telepon genggamnya. Pertama, dia harus mengganti kartu namanya karena adanya perubahan nomor tersebut. Berikutnya, mereka harus memberitahukan ke semua kontak bisnisnya, kerabat, sanak saudaranya bahwa dia telah mengganti nomor telepon genggamnya dengan nomor baru. Di samping itu, teman dan rekan bisnisnya mendapat kesulitan menghubungi karena penggantian nomor ini. Satu-satunya keuntungan dengan mengganti nomor telepon genggam anda adalah ketika anda ingin menghindar dari rekan-rekan anda. Ringkasnya, mempertahankan nomor telepon genggam akan lebih menguntungkan daripada menggantinya, apalagi jika anda melakukannya acapkali. Untuk waktu yang panjang, nomor telepon genggam akan menjadi identitas setiap orang. Bila gaya hidup dengan gerak cepat telah menjalar samapi ke masyarakat kelas bawah, nomor telepon genggam akan dimiliki siapa saja. Seseorang akan dikenal dengan nomor telepon genggamnya. Pernahkah anda melakukan test case, misalkan anda lupa membawa telepon genggam anda? Bagaimana perasaan anda? Orang-orang penting akan kembali ke rumah (atau menyuruh seseorang untuk mengantarkannya) untuk mengambilnya. Hal ini disebabkan telepon genggam merupakan suatu alat yang sudah tidak bisa dilepaskan dari seseorang. Itulah yang disebut sebagai gaya hidup dengan mobilitas tinggi (mobile lifestyle). Kesimpulannya, telepon genggam dan nomornya telah menjadi identitas yang penting untuk semua.

17 April 2008

Kompetisi GSM dan CDMA di Indonesia

Seperti dituliskan pada posting sebelumnya, Indonesia saat ini mempunyai 11 operator selular, 5 diantaranya menggunakan GSM based technology, sementara 6 sisanya menggunakan CDMA based technology. Jika pada tulisan sebelumnya kami mempertanyakan jumlah operator yang begitu banyak, maka pada kesempatan ini kami ingin memberikan gambaran kompetisi kedua technology ini di Indonesia. Pertama mari kita bahas pemakaian lebar pita oleh masing-masing operator. Perhatikan tabel dibawah ini. Daftar Lebar Pita Frekeuensi Masing-Masing Operator

Operator Technology Lebar Pita (MHz)
Indosat GSM+DCS 30
Indosat3G5
TelkomselGSM+DCS30
Telkomsel3G5
XLGSM+DCS15
XL3G5
HCPTGSM/DCS10
HCPT3G5
NTS / AxisGSM/DCS10
NTS / Axis3G 5
Telkom FlexiCDMA5
Indosat StarOneCDMA5
Bakrie Esia CDMA5
Mobile-8 FrenCDMA5
Smart TelecomCDMA (PCS)6,875
Sampoerna CeriaCDMA 4507,745
Bila kita melihat lebar pita frekuensi yang dipergunakan masing-masing operator (lihat tabel) maka dapat disimpulkan bahwa operator GSM selalu mempunyai lebar pita yang lebih besar dari oeprator CDMA. Minimal 15 MHz (10 MHz GSM/DCS + 5MHz UMTS). Sementara para operator CDMA hanya memiliki 5 MHz, atau paling banyak 7,475Mhz. Apakah akibat dari lebar pita ini? Operator GSM yang juga mempunyai technology 3G memiliki keleluasaan dalam merancang jaringan mereka. Dengan lebar pita yang memadai maka investasi yang mereka tanamkan akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan lebar pita yang hanya 5 MHz seperti yang dialami oleh para operator CDMA. Sekarang perhatikan jumlah pelanggan dari masing-masing technology. Harian bisnis Indonesia pada tanggal 16 April 2008 lalu menampilkan jumlah pelanggan aktif dari masing-masing operator seluler. Terlihat jelas bahwa operator CDMA masih mempunyai jumlah pelanggan dalam orde 1 digit jutaan, sementara operator GSM mempunyai pelanggan dengan orde 2 digit jutaan. Apakah ini pertandingan yang seimbang? Silakan menilai sendiri.

25 Maret 2008

Telekomunikasi Murah

Dalam dunia penerbangan kita mengenal satu perusahaan dengan nama Valuair, yakni suatu penerbangan dengan biaya murah. Maskapai penerbangan murah semacam ini memangkas sejumlah biaya promosi, biaya administrasi dan mengurangi sejumlah servis sehingga dengan harga murahpun mereka masih mendapatkan keuntungan.

Hal yang mirip saat ini juga muncul di industri telekomunikasi nasional. Banyak operator seluler yang saat ini berlomba menawarkan layanan tarif percakapan yang sangat murah. Perang tarif sedang terjadi. Rezim tarif yang berdasarkan jarak dan waktu sudah mereka hilangkan dan diganti dengan flat tarif. Mereka memang masih membedakan tarif On Net dengan Off Net.

Apakah masyarakat diuntungkan dengan kondisi seperti ini?

Secara kasat mata memang konsumen diuntungkan karena biaya percakapan mereka turun secara drastis. Mereka bisa dengan berbicara sepuasnya dengan satu tarif saja yang jumlahnya juga sangat murah. Tetapi dilain pihak, sama seperti penerbangan murah tentunya ada hal yang dikorbankan.

Pertama, lihatlah kualitas jaringan saat ini dan bandingkan dengan sebelum tarif baru ini diluncurkan? Pengalaman membuktikan bahwa successful call ratio turun secara drastis. Anda harus berkali-kali mendial sebelum tersambung ke nomor tujuan. Hal ini disebabkan tingginya trafik pembicaraan sementara jaringan masih tetap sama.

Pelanggan kelas bawah terutama yang dulunya gemar sekali berkirim pesan singkat kini beralih berkomunikasi langsung dan dalam waktu yang lama. Tarif pembicaraan baru yang hanya sekitar 2x tarif SMS dan ditambah dengan informasi yang akan disampaikan lebih jelas dan lengkap maka pelanggan lebih memilih menelpon daripada mengirim SMS. So, you get what you pay. Dengan demikian tarif murah tidak diimbangi dengan kapasitas jaringan sehingga kualitas layanan sangat rendah.

 

Kedua, tarif sangat murah bisa membahayakan bagi kelangsungan industri telekomunikasi. Investor tidak lagi melirik industri ini karena keuntungan yang dihasilkan akan sangat tipis. Pada akhirnya bagi masyarakat yang saat ini belum terjangkau sarana telekomunikasi akan semakin lama menunggu mendapatkan sarana ini. Hal ini disebabkan kemampuan ekspansi operator yang menurun ditambah berkurangnya minat investor.

Hal yang sama juga terjadi pada new comers dalam industri ini. Dengan jumlah pelanggan yang belum seberapa, mereka harus bersaing dengan para inkumben dengan basis pelanggan yang besar dan tarif yang murah pula. Ditambah dengan jangkauan yang luas, para calon pelanggan tentunya akan memilih operator inkumben. Dan pada masa datang mungkin kita akan melihat beberapa operator telekomunikasi seluler akan bergabung agar tetap exist.

Jadi apa sesungguhnya yang kita inginkan?

Sejatinya adalah a win-win solution. Masyarakat menginginkan tariff yang murah, Operator mengabulkannya tetapi dengan kualitas layanan yang baik. Tarif in harus tetap memberikan keuntungan bagi operator (dan juga investor tentunya) sehingga mereka tetap mampu melakukan ekspansi ke seluruh negeri.

20 Maret 2008

Seluler Indonesia, Terlalu Banyak Operator?

Saat ini Indonesia merupakan negara dengan perkembangan yang sangat tinggi di dalam industi telekomunikasi, khusunya seluler. Jumlah pelanggan meningkat tajam pada 5 tahun terakhir ini. Sejak tahun 2007 lalu, Indonesia mempunyai 11 operator dengan teknologi dasar yakni GSM dan CDMA. Operator dengan teknologi GSM adalah: Indosat, Telkomsel, Excelcomindo Pratama, and two new operators HCPT (Hutchinson Charon Pokhand Telecommunication) and NTS (Natrindo Telekomunikasi Selular). Semua operator GSM juga memiliki lisensi 3G. Sementara itu operator CDMA adalah: Telkom (Flexi), Indosat (Starone), Mobile-8 (Fren), Bakrie (Esia), Sampoerna (Ceria) dan yang terbaru Smart Telecom (Smart).

Bagaimana pendapat anda tentang kondisi ini? Apakah kita sudah memiliki jumlah operator seluler yang memadai, ataukah terlalu sedikit atau terlalu banyak?

Benchmark dengan negara lain

Jika kita bandingkan situasi ini dengan negara tetangga, Malaysia misalnya, mereka hanya punya 3 operator seluler (Digi, Maxis, Celcom) dengan teknologi dasar GSM dan 2 lisensi CDMA untuk Telecom Malaysia. Ada juga 2 operator baru 3G yakni Time3G dan U Mobile.

Hal yang mirip juga dengan Singapore. Dengan populasi hampir 4 juta, Singapore hanya memiliki 3 operator seluler (SingTel, StarHub, MobileOne) dengan berbasis teknologi GSM. Tidak ada lisensi CDMA yang dikeluarkan.

Mungkin anda berpikir bahwa ini komparasi yang tidak seimbang. Baik Malaysia maupun Singapore adalah negara kecil dengan populasi yang tidak banyak. Negara kota seperti Singapore mempunyai luas kurang dari setengah Jakarta. Kami setuju dengan argumentasi ini, jadi mari kita pilih India sebagai negara perbandingan.

Seperti Indonesia, India also juga merilis kedua lisensi seluler berbasis GSM dan CDMA. India punya 7 operator GSM dan 8 operator CDMA. jadi India mempunyai jumlah operator seluler yang lebih banyak dari Indonesia.

Jika kita bandingkan luas negara dan jumlah populasi antara Indonesia dan India, kita mungkin akan sampai pada kesimpulan bahwa India harusnya punya operator seluler yang lebih banyak dari pada Indonesia.

Tapi, tunggu dulu! Semua operator seluler di Indonesia mempunyai lisensi nasional sehingga mereka bisa menggelar jaringannya di seantero negeri. Dengan lisnesi jenis ini target utama para operator adalah kota-kota besar tempat berkumpulnya uang. Beberapa tahun lalu sebetulnya ada operator regional, tetapi kini mereka telah memperluas lisensinya menjadi operator berskala nasional.

Bagaimana dengan India?

Sebagian besar operator seluler di India hanya memiliki lisensi regional. Hanya 4 operator berbasis GSM dan 2 operator berbasis CDMA yang mempunyai lisensi nasional. Silakan kunjungi www.cdg.org dan www.coai.in untuk data lebih lengkap. Dengan data-data di atas dapatkah kita menyimpulkan bahwa Indonesia kebanyak operator seluler?

10 Maret 2008

Selamat Datang di Diskusi Telekomunikasi Indonesia

Hai......... Selamat Datang di Diskusi Telekomunikasi Indonesia. Sebetulnya ini adalah blog serius saya yang pertama. Saya ingin menulis beragam isu tentang telekomunikasi di Indonesia. Saya akan postingkan pendapat-pendapat saya mengenai isu, situasi dan teknologi di bidang telekomunikasi. Anda diundang untuk memberikan komentar. Saya berharap semoga ide-ide cemerlang dapat diimplementasikan di negara indah seperti Indonesia ini. Apa yang saya maksudkan dengan telekomunikasi di sini mencakup fixed, seluler, satellite, teknologi baru seperti 3G, WiMax, LTE dan kemajuan lain di bidang ini. Bukan hanya itu, saya juga ingin mengangkat beberapa isu tentang regulasi yang mungkin menguntungan atau malah jelek jika diimplementasikan di Indonesia. Jadi, kunjungilah blog ini secara teratur jika anda ingin mengetahui isu-isu hangat tentang ide-ide telekomunikasi di Indonesia. Salam S Pamenan