31 Mei 2008

Standar Kualitas Layanan

Seperti ditulis dalam indonesian-cellular-too-many-carriers, saat ini ada begitu banyak operator seluler di Indonesia. Karena itu, perkembangan bisnis telekomunikasi di Indonesia sangat cepat sekali. Telepon bergerak sudah menjadi alat komunikasi utama di negara yang masih berkembang ini. Setelah itu, perang tarif terjadi di antara operator dan akibatnya permintaan akan komunikasi bergerak naik tajam sekali Pengaruh perang tarif ini bukan hanya menimpa pengguna baru, tetapi juga pada pengguna lama. Karena jumlah pengguna naik tajam, jaringan beberapa operator belum siap menampung semua trafik. Pelanggan menerima pengalaman buruk seperti panggilan yang tidak sukses, panggilan terputus, call congestion dan lain sebagainya. Jadi, kemajuan bisnis telekomunikasi di Indonesia telah mengorbankan banyak standar kualitas layanan. Untuk mengatasi situasi ini, kementrian informasi dan komunikasi Indonesia (infokom) dalam waktu dekat akan mengeluarkan beberapa regulasi tentang standar minimum untuk kualitas layanan. Keputusan menteri Infokom tentang standar kualitas layanan ini mencakup beberapa permen di antaranya: standar kualitas untuk: telepon tetap, telekomunikasi bergerak, dan lain sebagainya. Regulasi ini sebetulnya sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sejak setahun yang lalu dan juga pernah dilakukan konsultasi publik. QoS pada industri telekomunikasi diukur dari perspektif seorang ahli, misalnya insinyur teletrafik, yang biasanya bekerja pada suatu opertor telekomunikasi itu sendiri. Akankah mereka akan memberikan informasi yang jujur? Saya percaya bahwa direktorat Pos dan Telekomunikasi (Postel) akan membentuk gugus tugas untuk melakukan pengukuran kualitas secara ad-hoc. Dan dapat dipastikan bahwa hasil pengukuran dari kedua belah pihak ini (Postel dan Operator) akan berbeda. Adakah solusi untuk permasalahan ini? Ya, tentu. Kita harus menemukan suatu tool yang terpasang di setiap handset dan melaporkan kondisinya ke server. Ini seperti alat drive test, cuman massal. Tentunya cara pengukuran ini lebih adil dan tidak ada alasan bagi operator untuk mengelak.

15 Mei 2008

Jenis Lisensi CDMA di Indonesia

Hai, bagi yang cukup telaten memonitor bisnis seluler di Indonesia akan merasa aneh dengan hadirnya Hepi, layanan fixed wireless akses dari Mobile-8. Sebagaimana anda ketahui, Mobile-8 telah meluncurkan Fren sejak beberapa tahun lalu. Kenapa ya perusahaan ini kembali meminta lisensi jenis lain, FWA? Sebetulnya, memang ada 2 jenis lisensi CDMA di Indonesia. Pertama adalah mobile CDMA atau Cellular CDMA dan yang kedua adalah Fixed Wireless Access CDMA. Yang terakhir ini lebih dikenal sebagai limited mobility (LIMO)atau monilitas terbatas. Ada beberapa perbedaan diantara dua lisensi ini. Dalam hal layanan, pelanggan cellular CDMA dapat dilayani di seantero negeri, sementara pelanggan FWA hanya untuk satu kode area saja. Anda bisa melihatnya dari nomor telepon pelanggan. Pelanggan mobile CDMA mempunyai angka depan 0 di nomor teleponnya, sementara pelanggan telepon FWA adalah seperti nomor telepon rumah. Dengan demikian, setiap pemanggil akan menekan angka 0 jika dia ingin menelpon pelanggan cellular CDMA. Misalnya 089xxxxxxx, 08811xxxxxx. Sementara jika seseorang dari pelanggan fixed bisa mendial langsung nomor telepon FWA tujuan tanpa ada angka 0 nya. Apakah pengaruh dari penomoran seperti ini? Pada cellular CDMA, anda bisa pergi kemana saja di seantero negeri dan anda dapat dihubungi melalui nomor cellular CDMA anda selama operator anda mempunyai coverage di daerah tersebut. Di sisi lain, pelanggan FWA tidak menerima fasilitas tersebut. Dia harus mengganti nomor teleponnya jika dia berpindah ke kode area yang berbeda. Dan perlu diingat nomor ini akan selalu berganti-ganti jika dia berpindah-pindah kode area, yang akan kembali sama jika dia pulang ke kota asalnya. Hal ini tentunya sangat tidak nyaman bagi seorang pelanggan. Tetapi perbedaan utama dari sisi bisnis adalah biaya hak penggunaan (BHP) spektrum frekuensi. Inilah sebetulnya yang menyebabkan operator seluler CDMA meminta lisensi FWA ke regulator. BHP untuk seluler CDMA adalah 6 kali BHP untuk FWA. Karena itu, tarif FWA bisa jauh lebih murah. Jadi, anda pilih yang mana? Apakah Cellular CDMA dengan kemudahan melakukan panggilan di seluruh negeri tetapi tarif yang lebih mahal ataukah fixed wireless access CDMA dengan penomoran yang sangat rumit jika bepergian namun dengan harga tarif yang jauh lebih murah? Saya percaya bahwa pelanggan akan selalu memilih operator terbaik yang dapat memberikan layanan yang mantap tanpa memandang apakah seluler atau FWA.

06 Mei 2008

Nomor Telepon Gengam: Identitas Baru Yang Penting

Pada masa dahulu kala, kita hanya punya alamat rumah sebagai identitas kita. Seseorang yang ingin mengirimkan informasi atau surat ke kita akan mengirimkannya ke alamat rumah kita. Setelah itu ada setiap penduduk diberi kartu identitas, seperti kartu tanda penduduk dan setiap orang dibedakan dari nomor kartu penduduk tersebut. Ketika jaringan telepon masuk ke rumah kita, identitas baru muncul, nomor telepon rumah. Kita jadinya punya banyak identitas. Pada era teknologi informasi, identitas baru diperkenalkan, yakni alamat email (electronic mail). Seseorang yang mau berkirim kabar kepada kita tinggal mengirimkannya melalui kotak surat elektronis tersebut. Proses pengirimannya langsung dan bisa diterima segera. Jarak akhirnya menjadi kabur. Pada era mobilitas, telepon genggam mempunyai peranan yang penting. Hampir semua orang-orang penting mempunyai telepon genggam tersebut. Mereka menggunakan perangkat tersebut untuk menghubungi dan dihubungi orang lain. Sejak saat itu, setiap orang penting ini akan dikenal dengan nomor telepon genggamnya. No telepon genggam (bergerak) ini menjadi nomor yang sangat berharga sehingga tidak ada orang-orang hebat yang ingin menggantinya. Ada banyak kerugian bila seseorang mengganti nomor telepon genggamnya. Pertama, dia harus mengganti kartu namanya karena adanya perubahan nomor tersebut. Berikutnya, mereka harus memberitahukan ke semua kontak bisnisnya, kerabat, sanak saudaranya bahwa dia telah mengganti nomor telepon genggamnya dengan nomor baru. Di samping itu, teman dan rekan bisnisnya mendapat kesulitan menghubungi karena penggantian nomor ini. Satu-satunya keuntungan dengan mengganti nomor telepon genggam anda adalah ketika anda ingin menghindar dari rekan-rekan anda. Ringkasnya, mempertahankan nomor telepon genggam akan lebih menguntungkan daripada menggantinya, apalagi jika anda melakukannya acapkali. Untuk waktu yang panjang, nomor telepon genggam akan menjadi identitas setiap orang. Bila gaya hidup dengan gerak cepat telah menjalar samapi ke masyarakat kelas bawah, nomor telepon genggam akan dimiliki siapa saja. Seseorang akan dikenal dengan nomor telepon genggamnya. Pernahkah anda melakukan test case, misalkan anda lupa membawa telepon genggam anda? Bagaimana perasaan anda? Orang-orang penting akan kembali ke rumah (atau menyuruh seseorang untuk mengantarkannya) untuk mengambilnya. Hal ini disebabkan telepon genggam merupakan suatu alat yang sudah tidak bisa dilepaskan dari seseorang. Itulah yang disebut sebagai gaya hidup dengan mobilitas tinggi (mobile lifestyle). Kesimpulannya, telepon genggam dan nomornya telah menjadi identitas yang penting untuk semua.