25 Maret 2008

Telekomunikasi Murah

Dalam dunia penerbangan kita mengenal satu perusahaan dengan nama Valuair, yakni suatu penerbangan dengan biaya murah. Maskapai penerbangan murah semacam ini memangkas sejumlah biaya promosi, biaya administrasi dan mengurangi sejumlah servis sehingga dengan harga murahpun mereka masih mendapatkan keuntungan.

Hal yang mirip saat ini juga muncul di industri telekomunikasi nasional. Banyak operator seluler yang saat ini berlomba menawarkan layanan tarif percakapan yang sangat murah. Perang tarif sedang terjadi. Rezim tarif yang berdasarkan jarak dan waktu sudah mereka hilangkan dan diganti dengan flat tarif. Mereka memang masih membedakan tarif On Net dengan Off Net.

Apakah masyarakat diuntungkan dengan kondisi seperti ini?

Secara kasat mata memang konsumen diuntungkan karena biaya percakapan mereka turun secara drastis. Mereka bisa dengan berbicara sepuasnya dengan satu tarif saja yang jumlahnya juga sangat murah. Tetapi dilain pihak, sama seperti penerbangan murah tentunya ada hal yang dikorbankan.

Pertama, lihatlah kualitas jaringan saat ini dan bandingkan dengan sebelum tarif baru ini diluncurkan? Pengalaman membuktikan bahwa successful call ratio turun secara drastis. Anda harus berkali-kali mendial sebelum tersambung ke nomor tujuan. Hal ini disebabkan tingginya trafik pembicaraan sementara jaringan masih tetap sama.

Pelanggan kelas bawah terutama yang dulunya gemar sekali berkirim pesan singkat kini beralih berkomunikasi langsung dan dalam waktu yang lama. Tarif pembicaraan baru yang hanya sekitar 2x tarif SMS dan ditambah dengan informasi yang akan disampaikan lebih jelas dan lengkap maka pelanggan lebih memilih menelpon daripada mengirim SMS. So, you get what you pay. Dengan demikian tarif murah tidak diimbangi dengan kapasitas jaringan sehingga kualitas layanan sangat rendah.

 

Kedua, tarif sangat murah bisa membahayakan bagi kelangsungan industri telekomunikasi. Investor tidak lagi melirik industri ini karena keuntungan yang dihasilkan akan sangat tipis. Pada akhirnya bagi masyarakat yang saat ini belum terjangkau sarana telekomunikasi akan semakin lama menunggu mendapatkan sarana ini. Hal ini disebabkan kemampuan ekspansi operator yang menurun ditambah berkurangnya minat investor.

Hal yang sama juga terjadi pada new comers dalam industri ini. Dengan jumlah pelanggan yang belum seberapa, mereka harus bersaing dengan para inkumben dengan basis pelanggan yang besar dan tarif yang murah pula. Ditambah dengan jangkauan yang luas, para calon pelanggan tentunya akan memilih operator inkumben. Dan pada masa datang mungkin kita akan melihat beberapa operator telekomunikasi seluler akan bergabung agar tetap exist.

Jadi apa sesungguhnya yang kita inginkan?

Sejatinya adalah a win-win solution. Masyarakat menginginkan tariff yang murah, Operator mengabulkannya tetapi dengan kualitas layanan yang baik. Tarif in harus tetap memberikan keuntungan bagi operator (dan juga investor tentunya) sehingga mereka tetap mampu melakukan ekspansi ke seluruh negeri.

20 Maret 2008

Seluler Indonesia, Terlalu Banyak Operator?

Saat ini Indonesia merupakan negara dengan perkembangan yang sangat tinggi di dalam industi telekomunikasi, khusunya seluler. Jumlah pelanggan meningkat tajam pada 5 tahun terakhir ini. Sejak tahun 2007 lalu, Indonesia mempunyai 11 operator dengan teknologi dasar yakni GSM dan CDMA. Operator dengan teknologi GSM adalah: Indosat, Telkomsel, Excelcomindo Pratama, and two new operators HCPT (Hutchinson Charon Pokhand Telecommunication) and NTS (Natrindo Telekomunikasi Selular). Semua operator GSM juga memiliki lisensi 3G. Sementara itu operator CDMA adalah: Telkom (Flexi), Indosat (Starone), Mobile-8 (Fren), Bakrie (Esia), Sampoerna (Ceria) dan yang terbaru Smart Telecom (Smart).

Bagaimana pendapat anda tentang kondisi ini? Apakah kita sudah memiliki jumlah operator seluler yang memadai, ataukah terlalu sedikit atau terlalu banyak?

Benchmark dengan negara lain

Jika kita bandingkan situasi ini dengan negara tetangga, Malaysia misalnya, mereka hanya punya 3 operator seluler (Digi, Maxis, Celcom) dengan teknologi dasar GSM dan 2 lisensi CDMA untuk Telecom Malaysia. Ada juga 2 operator baru 3G yakni Time3G dan U Mobile.

Hal yang mirip juga dengan Singapore. Dengan populasi hampir 4 juta, Singapore hanya memiliki 3 operator seluler (SingTel, StarHub, MobileOne) dengan berbasis teknologi GSM. Tidak ada lisensi CDMA yang dikeluarkan.

Mungkin anda berpikir bahwa ini komparasi yang tidak seimbang. Baik Malaysia maupun Singapore adalah negara kecil dengan populasi yang tidak banyak. Negara kota seperti Singapore mempunyai luas kurang dari setengah Jakarta. Kami setuju dengan argumentasi ini, jadi mari kita pilih India sebagai negara perbandingan.

Seperti Indonesia, India also juga merilis kedua lisensi seluler berbasis GSM dan CDMA. India punya 7 operator GSM dan 8 operator CDMA. jadi India mempunyai jumlah operator seluler yang lebih banyak dari Indonesia.

Jika kita bandingkan luas negara dan jumlah populasi antara Indonesia dan India, kita mungkin akan sampai pada kesimpulan bahwa India harusnya punya operator seluler yang lebih banyak dari pada Indonesia.

Tapi, tunggu dulu! Semua operator seluler di Indonesia mempunyai lisensi nasional sehingga mereka bisa menggelar jaringannya di seantero negeri. Dengan lisnesi jenis ini target utama para operator adalah kota-kota besar tempat berkumpulnya uang. Beberapa tahun lalu sebetulnya ada operator regional, tetapi kini mereka telah memperluas lisensinya menjadi operator berskala nasional.

Bagaimana dengan India?

Sebagian besar operator seluler di India hanya memiliki lisensi regional. Hanya 4 operator berbasis GSM dan 2 operator berbasis CDMA yang mempunyai lisensi nasional. Silakan kunjungi www.cdg.org dan www.coai.in untuk data lebih lengkap. Dengan data-data di atas dapatkah kita menyimpulkan bahwa Indonesia kebanyak operator seluler?

10 Maret 2008

Selamat Datang di Diskusi Telekomunikasi Indonesia

Hai......... Selamat Datang di Diskusi Telekomunikasi Indonesia. Sebetulnya ini adalah blog serius saya yang pertama. Saya ingin menulis beragam isu tentang telekomunikasi di Indonesia. Saya akan postingkan pendapat-pendapat saya mengenai isu, situasi dan teknologi di bidang telekomunikasi. Anda diundang untuk memberikan komentar. Saya berharap semoga ide-ide cemerlang dapat diimplementasikan di negara indah seperti Indonesia ini. Apa yang saya maksudkan dengan telekomunikasi di sini mencakup fixed, seluler, satellite, teknologi baru seperti 3G, WiMax, LTE dan kemajuan lain di bidang ini. Bukan hanya itu, saya juga ingin mengangkat beberapa isu tentang regulasi yang mungkin menguntungan atau malah jelek jika diimplementasikan di Indonesia. Jadi, kunjungilah blog ini secara teratur jika anda ingin mengetahui isu-isu hangat tentang ide-ide telekomunikasi di Indonesia. Salam S Pamenan